Pestisida adalah zat kimia maupun bahan jasad renik maupun virus yang digunakan untuk mencegah hama penyakit yang berpotensi merusak tanaman dan mengganggu hasil pertanian. Tidak hanya hama saja, pestisida pun mampu memberantas tanaman pengganggu atau gulma.
Selain itu, pestisida memiliki fungsi untuk mengatur maupun merangsang tumbuhnya tanaman. Pestisida juga bisa mencegah hama-hama air selain hama darat dan binatang pengganggu seperti ular. Termasuk memberantas binatang yang menyebabkan penyakit pada manusia.
Dengan mengenali jenis-jenis dan karakter pestisida, akan memudahkan petani dalam mencapai efektivitas, efisiensi pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pengertian Pestisida
Istilah pestisida berasal dari bahasa Inggris, yaitu pesticide. Secara harfiah kata “pest” artinya hama atau pengganggu yang sebenarnya hanya merujuk pada organisme hewan (serangga maupun mamalia). Sedangkan kata “cide” berarti basmi atau bunuh. Jadi secara sempit pestisida berarti “pembasmi hama”.
Untuk lebih menyederhanakan, istilah pestisida lebih diperluas tidak hanya pembasmi hama saja tetapi sebagai juga mencakup organisme pengganggu baik pada tanaman, hewan, maupun pada bangunan. Organisme pengganggu yang dimaksud tidak hanya hewan dan serangga tetapi juga untuk mikroorganisme dari golongan fungi / cendawan maupun bakteri.
Dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/SR.140/4/2011 yang dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
- Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
- Memberantas rerumputan;
- Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
- Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk;
- Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak;
- Memberantas atau mencegah hama-hama air;
- Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan/atau
- Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Organisme pengganggu tanaman :
- Golongan insekta atau serangga, mencakup ulat, larva, serangga pengisap, tungau atau akarina, penggerek.
- Golongan mikroorganisme, meliputi bakteri, aktinomiset atau kapang dan keluarga fungi lainnya.
- Golongan virus, yang sebenarnya masih kontroversial karena sebagian ilmuwan mendefinisikan virus bukanlah organisme hidup melainkan molekul protein yang pasif dan akan menjadi aktif jika mendapatkan inangnya.
- Golongan moluska atau hewan lunak tidak bertulang belakang seperti siput, keong.
- Golongan mamalia seperti tikus (rhodent), babi hutan.
- Golongan unggas atau avis seperti burung pemakan biji-bijian.
- Golongan nematode yang merupakan keluarga cacing.
- Gulma terdiri dari tumbuhan liar yang bersaing dengan tanaman budidaya dalam perebutan nutrisi, terdiri dari rumput, alang-alang.
Jenis-Jenis Pestisida Berdasar Organisme Sasarannya
- Insektisida : Adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan atau membunuh hama dari golongan serangga secara umum. Pestisida satu ini memang terkenal di kalangan petani. Fungsi utama dari Insektisida adalah untuk membunuh sekaligus mencegah munculnya hama serangga di lahan pertanian yang bisa mengganggu kualitas tanaman.
- Fungisida : Adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, membunuh atau menghambat pertumbuhan jamur atau fungi. Selain bakteri, jamur memang menjadi ancaman pula yang bisa mempengaruhi kualitas tanaman hasil panen. Dalam kondisi seperti ini jenis pestisida yang dapat digunakan oleh para petani adalah Fungisida yang memiliki fungsi membunuh dan mencegah timbulnya jamur maupun cendawan.
- Bakterisida : Adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, membunuh atau membatasi perkembangan bakteri penganggu. Ancaman dari bakteri bagi tanaman pertanian memang cukup meresahkan bagi petani selain ancaman dari gulma maupun hama dari hewan. Maka dari itulah untuk membunuh dan memberantas bakteri ini Anda bisa menggunakan jenis pestisida Bakterisida.
- Herbisida : Adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, membunuh atau membatasi pertumbuhan tanaman pengganggu atau gulma. Dengan menggunakan herbisida secara rutin dalam waktu tertentu, tanaman di lahan pertanian Anda menjadi semakin produktif dan tanpa khawatir terganggu kembali.
- Molluskisida : Adalah racun untuk mengendalikan atau membunuh hama golongan siput. Dalam basaha Yunani molluscus berarti hewan yang berselubung tipis atau lembek. Dengan kata lain, bila dalam dunia pertanian, yang dimaksud dengan moluska ini adalah siput. Jadi, Molluskisida bertujuan untuk membunuh dan mencegah populasi siput di lahan pertanian.
- Nematisida : Adalah racun untuk mengendalikan nematoda atau cacing parasit dalam tanah. Nematoda dalam dunia pertanian juga tidak kalah meresahkan sebagai hama. Nematoda tersebut dapat dicegah dan diatasi dengan jenis pestisida Nematoda. Sedangkan untuk Ovisida memiliki fungsi untuk merusak telur dari hama penyakit. Contohnya saja adalah telur dari siput dan keong yang biasanya ada di areal persawahan.
- Algasida : Adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan alga. Seperti namanya, alga di sini berarti ganggang laut. Sementara Alagasida memiliki fungsi untuk membunuh dan mencegah tanaman pengganggu seperti alge pada tumbuhan petani.
- Mossida : Adalah bahan untuk membasmi atau membatasi pertumbuhan lumut yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman anda.
- Rodentisida : Adalah racun yang digunakan untuk mengendalikan binatang pengerat sebagai hama seperti tikus dan pengerat lainnya yang mengganggu.
- Activator : yaitu senyawa kimia untuk mengaktifkan sistem kekebalan pada tanaman, dan sebenarnya tidak termasuk dalam golongan pestisida, tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan ketahanan alamiah tanaman terhadap dampak serangan hama dan penyakit.
Selain di atas ada beberapa penggolongan yang lebih spesifik pada target / sasaran. Seperti akarisida, aphisida, termisida, larvasida, ovisida yang sebenarnya tergolong insektisida juga dan adakalanya mengandung bahan aktif yang sama pada insektisida namun dalam regulasinya dan dosis pemakaiannya ditujukan untuk pemakaian pada jenis atau stadia serangga sasaran yang spesifik.
- Akarisida : Bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus dari jenis tungau (akarina atau mite). Disebut juga mitisida.
- Aphisida : Bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus jenis aphid.
- Termisida : Bahan untuk mengendalikan hama serangga khusus jenis rayap.
- Larvasida : Bahan untuk mengendalikan serangga hama pada stadia larva.
- Ovisida : Bahan untuk mengendalikan serangga pada stadia telur
Supaya aplikasi pestisida pada pertanian efektif, aman dan efisien pengguna harus mengetahui jenis, klasifikasi dan karakteristik pestisida yang dipakai. Tanpa memahami faktor-faktor tersebut maka ada beberapa dampak negatif berkaitan dengan hasil aplikasi pestisida :
- OPT tidak mempan karena bahan aktif yang digunakan tidak sesuai.
- Timbulnya kekebalan akibat penggunaan satu jenis bahan aktif secara terus menerus.
- Punahnya musuh alami hama yang justru menguntungkan bagi petani.
- Rusaknya lingkungan dan keracunan bagi pengguna maupun hewan ternak.
- Gangguan pertumbuhan tanaman akibat penggunaan dosis yang berlebihan.
- Degradasi pestisida karena pencampuran lebih dari satu bahan aktif sehingga menimbulkan reaksi kimiaw yang mengubah struktur molekulnya.
- Efek residual pada rantai makanan.
- Pemborosan biaya, waktu dan tenaga.
Dampak lain akibat penggunaan pestisida secara kurang tepat adalah munculnya resurjensi hama yaitu peningkatan populasi hama serangga secara besar-besaran setelah penurunan populasi akibat penggunaan pestisida spektrum luas secara massal.
Selain itu ada fenomena mutasi hama yang dikaitkan dengan munculnya strain-strain hama baru karena hama yang lama mengalami mutasi genetic sebagai proses evolusi adaptik dalam merespon tekanan eksternal yaitu aplikasi pestisida oleh petani.
Strain-strain baru ini selama beberapa waktu lebih resisten dan mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan dan lebih resisten terhadap bahan-bahan kimia sebelum ditemukannya bahan aktif atau metode baru yang lebih spesifik.
Menurut Unsur Kimia Penyusun Bahan Aktifnya
1.Pestisida Organik
Adalah pestisida yang dalam susunan kimia bahan aktifnya terdapat gugus karbon (C). Mayoritas pestisida yang beredar saat ini dari jenis organik seperti golongan organoklorin (yang sebagian sudah dilarang atau dibatasi), organosulfur, organofosfat. Sebagian jenis organik merupakan analog atau tiruan dari senyawa beracun yang terdapat pada tanaman atau dari mikroorganisme.
Sejauh ini banyak yang menganggap pestisida organik adalah yang berasal dari tumbuhan atau natural seperti ekstrak tanaman. Pestisida yang berasal dari tumbuhan atau isolat racun mikroorganisme bisa saja digolongkan organik karena memiliki gugus karbon dalam susunan kimianya. Akan tetapi pestisida organik tidak semuanya berasal dari tumbuhan atau mikroorganisme.
2.Pestisida Anorganik
Adalah pestisida yang dalam susunan kimia bahan aktifnya tidak terdapat gugus karbon. Pestisida generasi terdahulu banyak yang jenis anorganik dan saat ini pemakaiannya dibatasi bahkan dilarang oleh komisi pestisida karena daya racunnya yang sangat kuat dan sulit terurai.
Contoh yang populer adalah aldrin, senyawa-senyawa arsenik, sianida (potassium sianida / potas), merkuri. Sedangkan yang masih boleh dipergunakan hingga sekarang seperti beberapa fungisida tembaga (tembaga oksida, tembaga hidroksida, tembaga oksi sulfat), sulfur, asam fosfida, borate (insektisida), zinc fosfida (rodentisida) dan ammonium sulfamat (herbisida).
Menurut Asal dan Proses Pembuatan Bahan Aktifnya
1.Pestisida Alami (Natural)
Adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam. Ada yang menyebut jenis ini dengan istilah pestisida organik karena memang ada bahan-bahan yang berasal dari organisme (mahluk hidup). Jenis-jenisnya antara lain :
a. Botanical, yang bahan aktifnya berasal dari tanaman misalnya piretrin dari crysanthemum pirethrum, azadirachtin dan nimbidin dari mimba, rotenon dari ektrak tuba, dan nikotin dari ekstrak tembakau, ryanodin dari ryania speciosa. Ada lagi limbah penggilingan jagung yang disebut gluten sebagai herbisida.
Beberapa keunggulan pestisida botanik diantaranya lebih aman bagi pemakai, tidak mempunyai efek residu panjang, ramah lingkungan, fitotoksisitas & batas lethal effect rendah sehingga aman bagi tanaman, berspektrum luas.
Sedangkan kelemahannya antara lain dosis aplikasi relatif tinggi, knock down effect-nya rendah sehingga hama sasaran tidak langsung mati, tidak dapat disimpan dalam waktu lama setelah kemasan dibuka, sumber bahan bakunya terbatas, kurang spesifik untuk OPT tertentu.
b. Isolat mikrobial, yang bahan aktifnya berasal dari metabolit sekunder / sekresi mikroorganisme (bakteri, jamur, virus) yang bersifat racun, contohnya delta endotoksin dari sekresi bakteri Bacillus Thurigensis, streptomisin (bakterisida dan antibiotik) dari streptomyces griseus.
Beberapa tahun terakhir ada abamectin, emamectin, ivermectin (avermektin) dari kapang Streptomyces avermitilis, spinosad (spinosin) dari bakteri Saccharopolyspora spinosa dan azoksistrobin (stribilurin) dari fungi Strobilurus tenacellus.
Keunggulan isolat mikrobial diantaranya bersifat antibiotic sehingga daya bunuhnya lebih kuat, mudah dimetabolismekan oleh sel-sel tanaman jika sistemik, dapat mengatasi OPT yang telah resisten terhadap pestisida lain.
Sedangkan kelemahannya OPT sasaran lebih mudah dan cepat resisten, harganya relatif lebih mahal.
c. Pestisida biologis, yang merupakan mikroorganisme hidup diantaranya bakteri, fungi, virus yang dapat menginfeksi organisme pengganggu tanaman secara langsung mapupun dengan mengeluarkan zat-zat toksik yang dapat membunuh atau menekan perkembangan organisme pengganggu tanaman.
Berbeda dengan isolat microbial yang dibiakkan di pabrik untuk dipanen senyawa-senyawa racunnya, biopestisida ini diinokulasi dan dibiarkan berkembang biak di lahan untuk hidup secara alami dan menghasilkan senyawa-senyawa racun untuk membunuh organisme pengganggu, atau hidup dengan menginfeksi organisme pengganggu tanaman sebagai inangnya hingga inang tersebut mati.
Contohnya dari golongan cendawan diantaranya gliocladium yang menghasilkan senyawa gliovirin untuk membasmi fungi patogen, trichoderma spp yang menghasilkan enzim menghasilkan 1,3-β- glukanase yang mendegradasi dinding sel miselium fungi patogen, metharizium anisoplae yang menjangkiti serangga sebagai inang hingga akhirnya mati.
Dari golongan bakteri misalnya Bacillus thuringiensis yang dapat mengontrol ulat plutella dan helicoverpa, Corynebacterium untuk mengontrol xanthomonas dan Pyricularia Oryzae pada tanaman padi. Sedangkan yang berupa virus yaitu SpL-NPV (Spodoptera Litura – Nuclear Polyhedrosis Viruses) untuk mengendalikan ulat spodoptera litura.
Keunggulan dari pestisida biologis diantaranya dampaknya bisa meluas karena subyek yang sudah beradaptasi dengan lingkungannya dapat terus berkembang biak dan menular, ramah lingkungan, tidak meninggalkan residu pada rantai makanan.
Sedangkan kelemahannya antara lain perlu waktu untuk berinkubasi dan sebelum berkembang biak sebelum bekerja aktif, karena merupakan organisme hidup pestisida biologis tidak dapat diaplikasikan bersama dengan pestisida kimiawi lain, jika ekosistemnya tidak mendukung maka perkembangbiakannya bisa terhambat.
2.Pestisida Sintetik / Analog
Merupakan hasil rekayasa kimia yang dibuat di pabrik. Kebanyakan meniru struktur kimia senyawa yang terdapat pada pestisida alami botanical misalnya syntethic pirethroid (golongan piretroid) yang meniru susunan senyawa kimia piretrin pada chrysanthemum piretrum, nicotinoid yang merupakan analog dari senyawa nikotin pada tembakau, ryanoid yang merupakan analog dari senyawa ryanodin pada tanaman ryania speciosa.
Pestisida sintetik punya keunggulan diantaranya daya racunnya lebih tinggi, sasarannya lebih spesifik, dosis penggunaan relatif lebih rendah, mudah didapat di pasaran, dan lebih tahan lama disimpan.
Adapun kelemahannya antara lain: terurai lebih lama sehingga menimbulkan residu pada hasil panen, aplikasi yang terlalu intensif akan menimbulkan resistensi hama sasaran dan merusak lingkungan, mematikan predator alami (musuh alami hama), variasinya lebih banyak sehingga perlu pengetahuan untuk memilih.
Kesimpulan
Di atas adalah beberapa jenis pestisida yang perlu Anda ketahui. Jadi, dengan Anda mengetahui jenis pestisida tersebut menjadi lebih memahami apa pestisida yang tepat untuk mencegah penyakit dan pengganggu tanaman pertanian Anda. Agar suatu pekerjaan memberikan hasil optimal, mau tak mau kita harus mencintai pekerjaan kita.
Referensi Artikel : Bumikita, Corteva ID